dropdown sederhana

Rabu, 07 Juni 2017

Urgensi Al-quran dan Hadits

Dari pembahasan tersebut di atas, belajar dalam perspektif al-Qur’an dan Hadits Nabi saw, dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Belajar merupakan bagian dari kebutuhan alami manusia
  2. Belajar merpakan proses menuju perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik, baik melalui pembacaan, pengamatan, penelitian, perenungan dan pengalaman langsung
  3. Al-Qur’an memerintahkan kaum beriman untuk belajar secara berkelanjutan, supaya mereka dapat berkembang mencapai kesempurnaan sebagai hamba Allah dan khalifahNya
  4. Objek pembacaan/ pembelajaran mencakup seluruh fenomena alam semesta, manusia, sejarah, tanda-tanda zaman dll
  5. Belajar merupakan jalan mencapai sukses dan kebahagiaan
  6. Karakteristik atau ciri khas belajar dalam persektif al-Qura’an dan Hadist Nabi adalah:
  1. Belajar bagian dari ibadah kepada Allah, karena itu harus dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh
  2. Diorientasikan untuk mencapai manfaat dan kemaslahatan
  3. Landasan iman senantiasa menjadi paradigma utama, karena itu ia harus mengawal pengembangan sain dan teknologi
  4. Mendorong pembelajar untuk menjadi manusia yang takut dan kagum kepada Allah
  5. Melibatkan potensi akal, intuisi/hati dan prerasaan serta seluruh panca indra, sehingga terjadi proses tilayah dan tazkiyah

Selasa, 06 Juni 2017

power point

Hadits Tentang Taqwa dan Ciri-ciri Orang Munafik


 عَنْ اَبِىْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بْنِ جُنَادَةَ وَاَبِىْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِبْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال : " اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاتَّبِعِ السَّيْئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ" . (رواه الترمذي )
Diriwayatkan Abi Dzar Jundub bin Junadah dan Abu AbdurrahmanMua’adz bin Jabal ra. Dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, Dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik pasti menghapusnya, dan bergaulah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi)  

Ciri ciri orang Munafik

  
Adapun untuk tanda-tanda atau ciri ciri orang munafik itu ada 3. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Artinya :
Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat. (HR Bukhari)
Sifat-Sifat / Ciri ciri Munafik Manusia :
    1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong / dusta.
    2. Jika membuat suatu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari janjinya.
    3. Bila diberi kepercayaan / amanat maka dia akan mengkhianatinya.
Untuk disebut sebagai orang munafik sejati sepertinya harus memenuhi semua ketiga persyaratan di atas yaitu pembohong, penghianat dan pengingkar janji. Jika baru sebatas satu atau dua ciri saja mungkin belum menjadi munafik tapi baru camuna / calon munafik.

1. Ciri Orang Munafik = Berbohong

Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang yang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.

2. Ciri Orang Munafik = Ingkar Janji

Seseorang terkadang suka membuat suatu perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain. Apabila orang itu tidak mengikuti janji yang telah disepakati maka orang itu berarti telah ingkat janji. Contohnya seperti janjian ketemu sama pacar di warung kebab bang piih tetapi tidak datang karena lebih mementingkan bisnis. Misal lainnya yaitu seperti para siswa yang telah menyepakati janji siswa namun tidak dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

3. Ciri Orang Munafik = Berhianat

Khianat mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan sifat tukang bohong dan tukang ingkar janji. Khianat hukumannya bisa dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan orang lagi bahkan bisa dihukum penjara dan denda secara pidana. Contoh berkhianat yaitu seperti oknum anggota TNI yang menjadi mata-mata bagi pihak asing atau teroris. Contoh lainnya yaitu seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak, namun dalam pekerjaannya orang itu menyalahgunakan jabatan yang digunakan dengan cara menilep uang setoran pajak.

Surat Al-Qadr




Artinya :
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
2.  Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Pengertian Surat Al-Qadr

 Surah Al-Qadr (bahasa Arab:الْقَدْرِ) adalah surah ke-97 dalam al-Qur'an yang terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah 'Abasa dan dinamai al-Qadr (Kemuliaan) yang diambil dari kata al-Qadr yang terdapat pada ayat pertama surah ini.

 Isi Kandungan Surat Al-Qadr

Dalam ayat pertama, Alloh SWT memberitahukan bahwa sesungguhnya Al-Qur'an diturunkan pertama kali yakni wahyu pertama yang diterima nabi Muhammad SAW pada saat bersembunyi di gua hiro', diturunkan ketika malam lailatul Qodr, atau pada saat itu tanggal 17 Romadhon yang sering dikenal dengan hari NUZULUL QUR'AN.
Lailatul Qodr lebih baik daripada seribu bulan, atau kalau dihitung secara matematika adalah 83 tahun 4 bulan. lama bukan? apakah umur kita sampai segitu? waAllahu a'lam bil Asshowab. oleh karena itu nabi Muhammad memerintahkan agar mencari lailatul Qodr pada 10 hari terakhir bulan Romadhon terutama pada malam-malam yg ganjil.
pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah menyampaikan pondasi hidup dalam urusan yang berlaku sampai tahun mendatang.
Lailatul Qodr merupakan malam yang penuh berkah, dan keberkahan itu berlaku sampai terbit fajar shodiq sebagai tanda datangnya shubuh.
Semoga kita selalu mendapat kan rahmat Allah SWT untuk bisa mengarungi hidup sekarang dan nanti. Aamiin








Surat Al-Alaq




1.      Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.      Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.       Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.       yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5.      Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
6.       Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7.       karena Dia melihat dirinya serba cukup.
8.      Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
9.       bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10.  seorang hamba ketika mengerjakan shalat
11.   bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12.  atau Dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13.  bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
14.   tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
15.  ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya
16.   (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17.   Maka Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18.  kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah
19.  sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).

 Pengertian Surat Al'Alaq
 
Surat Al Alaq terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Ayat 1-5 merupakan ayat-ayat Al-Qur’an pertama sekali yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ketika melakukan berkhalwat (menyepi) di Gua Hira. Surat ini diberi nama “ Al Alaq “ diambil dari perkataan “ Alaq “ yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Yang berarti segumpal darah. Surat ini juga dinamai surat” Iqra “atau “ Al- Qolam”.Pokok-pokok isi kandunga surat Al Ikhlas yaitu ; penegasan tentang kemurnian keesaan Allah SWT. Dan menolak segala macam kemusryikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai NYA.


Surah ini adalah surah yang pertama kali turun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam; turun pada awal-awal kenabian ketika Beliau tidak mengetahui apa itu kitab dan apa itu iman, lalu Jibril ‘alaihis salam datang kepada Beliau membawa wahyu dan menyuruh Beliau membaca, ia berkata, “Bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Saya tidak dapat membaca.” Beliau lalu direngkuh oleh Malaikat Jibril hingga merasakan kepayahan, lalu dilepaskan sambil disuruh membacanya sekali lagi, “Bacalah.” Tetapi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam masih tetap menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan pada ketiga kalinya Jibril berkata kepadanya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan--Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah--Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah--Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam--Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Terj. Al ‘Alaq: 1-5).
2. Yakni yang menciptakan semua makhluk. Pada ayat selanjutnya disebutkan secara khusus manusia di antara sekian ciptaan-Nya.
3. Oleh karena itu, yang telah menciptakan manusia dan memperhatikannya dengan mengurusnya, tentu akan mengaturnya dengan perintah dan larangan, yaitu dengan diutus-Nya rasul dan diturunkan-Nya kitab.
4. Yakni banyak dan luas sifat-Nya, banyak kemuliaan dan ihsan-Nya, luas kepemurahan-Nya, dimana di antara kemurahan-Nya adalah mengajarkan berbagai ilmu kepada manusia.
5. Maksudnya, Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
6. Hal itu, karena manusia dikeluarkan-Nya dari perut ibunya dalam keadaan tidak tahu apa-apa, lalu Dia menjadikan untuknya pendengaran, penglihatan dan hati serta memudahkan sebab-sebab ilmu kepadanya. Dia mengajarkan kepadanya Al Qur’an, mengajarkan kepadanya hikmah dan mengajarkan kepadanya dengan perantaraan pena, dimana dengannya terjaga ilmu-ilmu. Maka segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu yang tidak dapat mereka balas karena banyaknya. Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengaruniakan kepada mereka kekayaan dan kelapangan rezeki, akan tetapi manusia karena kebodohan dan kezalimannya ketika merasa dirinya telah cukup, ia malah bertindak melampaui batas dan berbuat zalim serta bersikap sombong terhadap kebenaran seperti yang diterangkan dalam ayat selanjutnya. Ia lupa, bahwa tempat kembalinya adalah kepada Tuhannya, dan tidak takut kepada pembalasan yang akan diberikan kepadanya, bahkan keadaannya sampai meninggalkan petunjuk dengan keinginan sendiri dan mengajak manusia untuk meninggalkannya, dan sampai melarang orang lain menjalankan shalat yang merupakan amal yang paling utama.
7. Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: Abu Jahal berkata, “Apakah (kalian biarkan) Muhammad menaruh wajahnya (bersujud) di tengah-tengah kalian?” Lalu dikatakan, “Ya.” Maka Abu Jahal berkata, “Demi Lata dan ‘Uzza, jika aku melihatnya sedang melakukan hal itu, maka aku akan injak lehernya atau aku lumuri mukanya dengan debu.” Abu Hurairah berkata, “Maka Abu Jahal mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika Beliau sedang shalat karena menyangka akan dapat menginjak leher Beliau. Lalu ia (Abu Jahal) membuat mereka (kawan-kawannya) kaget karena ternyata mundur ke belakang dan menjaga dirinya dengan kedua tangannya. Ia pun ditanya, “Ada apa denganmu?” Abu Jahal berkata, “Sesungguhnya antara aku dengan dia (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) ada parit dari api, hal yang menakutkan, dan sayap-sayap.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,





Surat Al-Kafirun



   Artinya :
 
1. Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".

 Pengertian Surat Al-Kafirun

Surah Al-Kafirun (bahasa Arab:الكافرون) adalah surah ke-109 dalam al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 6 ayat dan termasuk surat Makkiyah. Nama Al Kaafiruun (orang-orang kafir) diambil dari kata yang muncul pada ayat pertama surat ini. Pokok isi surat ini adalah tidak diizinkannya kompromi dalam bentuk mencampuradukkan ajaran agama.

 Isi Kandungan Surat Al-Kafirun

Secara umum Surah al-Kafirun mengandung makna toleransi terhadap agama lain dan kepercayaannya. Toleransi ini berarti pengakuan tentang adanya realita perbedaan agama dan keyakinan, bukan pengakuan pembenaran terhadap agama dan keyakinan selain Islam. Islam adalah agama yang benar dan tidak ada yang dapat menyamai syariat Islam. Surah al-Kafirun [109] merupakan pedoman bagi umat Islam dalam bersikap menghadapi perbedaan yang ada. Selain itu, Surah al-Kafirun [109] ayat 1–6 juga merupakan pedoman dalam meletakkan hubungan sosial. Perbedaan agama dan keyakinan tidak menutup jalan untuk tolong-menolong. Perbedaan agama dan keyakinan tidak menjadi alasan untuk bermusuhan.
Dendam dan permusuhan antargolongan tidak bermanfaat. Dendam dan permusuhan hanya mendatangkan kesengsaraan dan kerugian. Ketenangan dan kedamaian sirna oleh dendam dan permusuhan. Perbedaan dan keragaman harus disikapi dengan bijaksana. Kita tidak mengganggu penganut agama lain dan tidak mau diganggu oleh penganut agama lain. Meskipun dianjurkan bertoleransi, kita harus tetap memiliki keyakinan penuh pada keimanan dan agama yang kita anut. Hanya Islam agama yang diridai Allah Swt. Jangan sampai sikap toleransi yang kita tunjukkan melunturkan keyakinan terhadap agama sendiri.







Surat Al-Maun




Isi Kandungan Surat Al-Ma'un. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menyaksikan orangorang yang berlimpah harta rajin mengerjakan salat. Bahkan, banyak di antara mereka yang telah melaksanakan ibadah haji lebih dari satu kali. Namun, di sisi yang lain mereka sangat pelit dan kikir ketika diminta bantuan untuk menolong orang miskin dan terkadang membentak-bentak anakyatim yang datang ke rumahnya. Hal itu telah dinyatakan dalam Surah Al-Ma‘un bahwasannya orang seperti itu akan celaka. Coba, baca dan pahami Surah Al-Ma‘un berikut ini dengan baik dan benar.
Surah al-Ma‘un menjelaskan tentang golongan (orang-orang) yang mendustakan agama (Islam). Mereka mengaku sebagai seorang muslim (pemeluk agama Islam), tetapi sering melanggar aturan-aturan atau syariat Islam. Orang-orang atau golongan pendusta agama tersebut, antara lain:
a. Menghardik anak yatim.
b. Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
c. Lalai terhadap kewajiban salat.
d. Enggan atau tidak mau tolong-menolong.

Jumlah ayat surat Al-Maun. Surah al-Ma‘un terdiri atas 7 ayat. Surah al-Ma‘un termasuk golongan surah Makiyah, yaitu surah yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Kata “al-Ma‘un” diambil dari ayat yang terakhir yang artinya “bantuan.”